Date: 03 Maret 2011
Hari ini setelah 10 hari aku tidak keluar rumah sejak aku
meninggalkan tempat kerja. Akhirnya aku keluar untuk menghadiri acara di Purbalingga.
Pada
hari sebelumnya yaitu jam 19:11 tanggal 02 Maret
2011 tiba – tiba HP aku bergetar(maaf itu pengaturan HP_nya) memunculkan sebuah
sms dari kelas menulis yang digagas oleh komunitas cenglo.
Smsnya begini:
Diberitahukan utk kelas menulis pekan ini dimajukan hari
Kamis(besok) di jam yg sama (setengah 4),dipindah ke pesta buku GOR Mahesa
Jenar,komplek Kya Kya Mayong.
Sesampainya di tempat yang direncanakan, aku memarkirkan
motor lalu berusaha celingak – celinguk mencari teman kelas menulis yang
mungkin ada di sekitar pekarangan GOR tetapi tak seorangpun teman kelas menulis
yang ditemukan.
Apa daya karena aku kurang mengenal salah satu dari mereka. Tanpa pikir
panjang aku langsung masuk ke dalam aula GOR dengan buru – buru karena jujur
dari rumah saja jam sudah menunjukkan 15:20 jadi aku telat.
Tapi setelah di
dalam aku juga masih belum menemukan siapa – siapa maksudnya yang aku kenal “waduh gimana
nih, jadi nggak.....! aku menggerutu di dalam hati”.
Aku masih berjalan hingga
sampai ke belakang GOR dan belum menemukan siapapun yang aku kenal. Saat aku
hendak berjalan memutar mengelilingi bazar tidak sengaja aku melihat seseorang
yang aku kenal yaitu siapa lagi kalau bukan mas Bangkit pendiri cenglo
sekaligus pencetus kelas menulis ini. Hendak memanggil tapi aku canggung maklum
baru kenal. Aku tetap melenggang berkeliling melihat – lihat buku dan barangkali ketemu sama teman yang lain.
Sekarang aku sudah sampai di aula paling depan tempat dimana keluar masuknya
pengunjung bazar buku. Jujur(lagi – lagi
ngomong jujur)saat ini aku merasa seperti orang hilang yang berada di antara tumpukan – tumpukan buku
yang terjajar rapi tetapi tidak pernah diambil untuk dibeli dan dibaca “aduh
koq jadi khayalan tingkat tinggi gini ya, harusnya aku menulis buku catatan
atau diary;kacau”. Meskipun belum menemukan siapa – siapa kecuali mas Bangkit
tadi, aku tetap bersemangat mencoba ke belakang aula menemui mas Bangkit. Saat
berjalan baru beberapa langkah aku mendapati sesosok yang aku kenal terlihat
dari kejauhan. Sekarang aku mulai semangat lagi karena sudah menemukan teman
meski aku masih malu – malu untuk menyapa karena takut mengganggu soalnya lagi
serius banget memilih – milih buku. Tiba – tiba dari belakang aula yang tadi
sepi terdengar suara gaduh dengan suara lantang. Aku penasaran lalu
melangkahkan kaki mendekati sumber suara. Eh, ternyata di sana mas Bangkit
sedang asyik – asyiknya ngobrol dengan beberapa anak.
Aku pun mendekatinya dan bertanya
“Anak – anak yang lain mana mas?”
belum sempat dijawabnya aku sudah mengajukan pertanyaan yang
lain
“Belum pada datang
apa mas?”.
Mas Bangkit hanya menunjuk ke salah satu anak yang duduk di
sebelahnya sambil berkata “Nih”. Sekarang suasana berubah menjadi ramai setelah
aku duduk dengan mas bangkit dan beberapa teman FilmMaker yang tidak seperti di
awal pertama kali aku masuk dan berada di belakang aula yang sendirian merasa
seperti orang hilang tidak tahu tujuan. Satu persatu teman – teman kelas
menulis pun mulai berdatangan ditambah beberapa anak SMP yang kurang tahu dari
mana mereka (aduh tadi ga sempat nanya lagi!). Setelah semuanya berkumpul barulah pembicara menyampaikan isi materi. Untuk pertemuan kali ini pembicaranya bukan dari kalangan biasa akan tetapi mereka adalah
para kepala penerbit dari beberapa penerbit terkemuka dan berpengalaman
menghadapi penulis seperti kami ini yang haus akan ilmu,info dan kiat – kiat
khusus. Wah, kami tak menyia – nyiakan kesempatan ini untuk bertanya - tanya
soal kiat – kiat menulis dan bagaimana mengirim naskah yang sudah jadi bahkan
beberapa anak SMP tak kalah antusiasnya untuk bertanya.(Angkat dua jempol dech
buat acara ini yang begitu bagus dan mudah – mudahan di kesempatan yang lain
bisa mendatangkan narasumber yang T.O.P BGT deh!). Setelah acara ditutup, salah satu dari kami
ada beberapa yang masih bertanya – tanya kepada ke dua narasumber. Aku tidak
ingin kalah dengan yang lain sehingga melempar satu pertanyaan dan selesai.
Karena waktu sholat Maghrib sudah tiba maka aku bersama ke dua teman
pergi menuju Mushola untuk mendirikan sholat. Setelah sholat kami tidak
langsung pulang tetapi duduk di bangku yang telah disediakan di depan pintu
keluar masuk Aula GOR yang sebentar lagi akan ada perfom dari artis Jakarta katanya
penyanyi solo (Bukan orang Solo)muda dan multy talent. Terlihat dari sudut panggung terlihat poster
sesosok gadis cantik tertulis sebuah nama "Jessica Lona". Tiba – tiba MC yang bertampang aneh
yang memakai bedak tebal dan lip glos tebal di bibirnya itu cuap – cuap membawakan
acara di malam itu dengan penuh semangat membuat para penonton ikut terbawa
semangat ingin menyaksikan penampilan dari Jessica Lona. Satu persatu pemain
alat musiknya mulai dari 2 gitaris, bassis dan drummer mulai sibuk cek sound
tapi belum terlihat juga sosok penyanyinya. Dan mas MC pun mengatakan “inilah
Jessica Lona” musik sudah berbunyi tetapi Jessica Lona belum nampak juga. Tiba
– tiba dia muncul saat intro mulai di tengah – tengah dan bernyanyi dengan
indahnya penonton pun bertepuk tangan. Sekian ceritanya.
By Author
Belum ada tanggapan untuk "A Real Story"
Post a Comment