Ketika Cinta Telah
Berbicara
Berawal
saat usiaku menginjak 7 tahun di kelas 2 SD. Aku telah merasakan indahnya jatuh
cinta yang menurut banyak orang pada
usia – usia seperti itu cintanya hanya
cinta monyet.
Aku
adalah anak yang beruntung, karena orang tuaku adalah orang yang dikategorikan
dalam golongan darah biru. Akan tetapi,
kehidupan kami sangat sederhana tidak mencolok seperti orang yang berpunya.
Semua aku jalani tanpa ada paksaan dan menyenangkan menurutku. Orang tua bahkan
kepadaku selalu menekankan kata – kata “ Hidup sederhana adalah kunci
kesuksesan untuk membuka berbagai pintu di dunia ”.
Pada saat itu, terlintas di benakku kunci yang orang tua
pikirkan seperti pintunya Doraemon yang bisa membuka sesuka hati tempat kemana
saja yang ingin dikunjungi.
Dari
hidup sederhana itulah aku menemukan berbagai macam cinta yang tak terduga.
Salah satunya adalah bermula ketika aku diperkenalkan oleh sahabatku di dalam
sebuah kelas di sekolahku. Setelah berkenalan barulah aku tahu siapa dirinya yang memilki paras ayu,
manis dan jelita itu. Ia adalah Lia yang selama ini tak terlihat bahkan
terpikirkan olehku. Bahkan kami sekelaspun aku tak menyadarinya. Itulah cinta
pertamaku.
Setiap
pagi aku selalu curi – curi pandang terhadapnya. Di pagi yang lain pun aku
selalu mencari – cari sosok dirinya.Apakah sudah berada di dalam kelas apa
belum? Dan apa yang dilakukannya sekarang? Sepertinya masih seper ti dulu
sebelum kami bertemu, datang ke kelas lebih awal dan sibuk di bangkunya sendiri
sambil membuka dan membaca lembar demi lembar bukunya seperti pagi berganti
menjadi pagi yang lain seperti di pagi hari ini. Tetapi kali ini ia tidak
sendiri lagi karena ada aku yang menemani. Tak hanya itu saja, kecantikannya
pun tiap hari semakin merekah seperti mawar kepunyaan ibuku yang mulai
berkembang merah menyala. Dalam lamunanku yang terlintas di benakku hanya sosok
dirinya, tak ada yang lain. Bahkan di sepanjang tidurku pun berharap memimpikan
dirinya. Entah kenapa meski aku hanya melihatnya saja itu sudah menghancurkan
semua rasa rinduku padanya. Tetapi itu semua aku nikmati dari hari ke hari,
minggu ke minggu, bulan bahkan tahun rasa cintaku kepadanya tetap sama tidak
akan berubah dan berkurang sedikitpun.
Ingat
soal mawar aku jadi teringat dengan ibu dan berbagai macam tanamannya. Ibuku
adalah orang yang paling cantik yang menghuni rumah kami ini. Masakan ibuku
juga selalu ditunggu – tunggu oleh ayah dan saudara – saudariku yang lain apa
lagi kalau di pagi hari kami selalu berebutan soal makan. Ayah juga selalu memuji
masakan ibu dan ke cantikannya karena ibuku pintar sekali merawat diri sehingga
ayahku tak henti – hentinya menatap bahkan tak berkedip saat berada di
dekatnya.
Melihat tingkah Ayah yang seperti itu membuat aku jadi cemburu dan
kasih sayang yang ibu berikan kepada kami akhirnya seperti terbagi – bagi,
tetapi aku bersyukur karena masih memilki orang tua lengkap tidak seperti anak
seusiaku yang mungkin ada yang hanya memilki ibu atau bapak saja atau tidak
memiliki ke duanya. Ibu dengan baiknya tak lupa mengingatkan aku dan saudara –
saudariku untuk membawa bekal dan jangan jajan sembarangan. Kalau pun aku tidak
membawa bekal terkadang untuk jajan tidak ada keinginan karena aku selau
teringat nasehat ibu yang berkata jangan jajan sembarangan nanti sakit!
Belum ada tanggapan untuk "A LOVE STORY"
Post a Comment