Ketika Cinta Telah Berbicara 2
Ibu hanya anak dari seorang petani cengkeh yang
biasa mengepulkan cengkeh – cengkeh yang kemudian di jual ke kota. Dan sejak ia
lulus SMP kerjaannya adalah membantu kedua orangtunya berdagangcengkeh. Setiap
pagi orang tuanya selalu mengikut sertakan putrinya untuk ikut. Semula orang
tuanya melarang akan tetapi ia memaksa maka akhirnya diperbolehkan. Dengan
catatan ia tidak boleh jauh – jauh dari dagangan dan pengamatan ke dua orang
tuanya.
Ayahku
adalah anak dari seorang konglomerat yang memiliki banyak perusahaan di kota.
Sejak kecil ayahku sudah di perlakukan bak pangeran. Setiap keinginannya selalu
dipenuhi bahkan ingin ke luar rumah saja selalu di kawal oleh BodyGuard dan
kemana dia ingin pergi selau ada supir yang siap mengantarnya pulang pergi. Makanya
pun tak luput dari pengawasan bahkan mendatangkan koki pribadi dan dokter yang
bisa dibutuhkan kapan saja dalam kondisi apapun selama 24 jam. Sebenarnya orang
tua ayahku sudah mengarahkan dan membimbingnya agar nantinya bisa meneruskan
perusahaan sekaligus pemilik tunggal perusahaan karena dia anak satu – satunya
yang laki – laki. Saudarinya yang lainpun terkadang ikut – ikutan memanjakan
dia tetapi ayahku menolak dengan dalih ingin mandiri, anak laki – laki akan
menjadi pemimpin bagi keluarga dan harus bisa mengandalkan dirinya sendiri.
Orang tuanya yang mendengarkannya pun ikut senang bahwa anak mereka sudah mulai
dewasa dan tidak mengandalkan harta, kedudukan dari orang tunya.
Di
setiap gerak langkahku, tingkah laku bahkan perbuatanku selalu menampilkan
sesuatu yang berlebihan seperti bukan diriku yang biasanya. Apakah ini yang
namanya cinta, yang jika pelakunya mengalami akan melakukan tindakan yang tidak
wajar. Ketika cinta telah berbicara apapun akan dilakukan. Bahkan untuk bertemu
dengan dirinya pada malam minggu saja aku berbohong kepada orang tuaku bahwa
kami maksudnya aku dan pacarku akan mengerjakan tugas bersama, padahal tidak.
Dan itu selalu terjadi jika kami ingin bertemu di malam – malam yang lain.
Sebenarnya aku tidak pernah memanfaatkan malam mingguku seperti anak – anak
yang lain untuk keluar rumah bersama teman – teman bahkan untuk berpacaran
layaknya muda – mudi yang lainpun kayaknya tidak mungkin, karena orang tuaku
melarangnya. Malam aku habiskan untuk berdiam diri di rumah sambil menonton tv
atau melakukan kegiatan yang lain masih di lingkup rumah. Orang tua melarangku
untuk berpacaran karena mereka menginginkan agar aku tetap fokus dan sekolahku
tidak terganggu. Dan pantangan ini tertahan di benakku semenjak mengenyam
pendidikan.
Ketika
benih – benih cinta ini mulai muncul dan tumbuh berkembang. Tiba – tiba sebuah
badai kemelut datang yang mengharuskan kami berpisah selamanya karena dia harus
pergi bersama kedua orang tuanya pulang ke kampung halaman orang tuanya di
jawa. Tak terlintas sedikitpun kata – kata pisah atau berlanjut hubungan kami
selanjutnya di pertemuan terakhir. Dia pergi meninggalkan sebuahluka yang dalam
di hatiku tanpa mengucapkan salam perpisahan dan sebingkai foto diri darinya
yang diberikan kepadaku.
Dua
tahun kemudian setelah aku ditinggalkan oleh Lia dengan alasan yang tidak masuk
akal. Lalu aku menemukan kembali sosok yang menyerupai Lia. Akan tetapi, ia
lebih ayu daripada itu lincah juga periang. Aku terpincut olehnya dan jatuh
hati padanya. Akankah dia tahu perasaanku ini. Tetapi itu semua tak pernah
keluar dan terucap dari mulutku ini. Aku tahu siapa dia yang kumaksud. Dia
adalah anak kelas 4 pagi yang sangat pandai lagi baik terhadap siapapun.
Sedangkan aku hanyalah anak yang kuper, cupu dan tidak mengasyikkan alias
pendiam.
Belum ada tanggapan untuk "A Love Story"
Post a Comment