UP-TO-DATE ARTIKELNYA

"Bersekolah" di Kendaraan Umum : Itu Jika Anda mencinta Generasi Berikutnya


Salah satu hobi anak kedua saya, Zak, sederhana: keliling kota naik bus. Apalagi saat naik bus favorit dia, bus dua tingkat, dan dapat tempat duduk di atas paling depan. Jika demikian, sepanjang jalan, sudah dipastikan dia akan begitu cerewetnya, menyebut dan menunjuk apa saja kendaraan yang dilihatnya. Begitu hingga dia kecape'an sendiri, dan kemudian tertidur di pangkuan saya.
Hobi Zak ini serupa dengan hobi kakaknya, Ken, ketika umur-umur balita.
Mungkin hobi mereka berdua naik bus, muncul karena seringnya kami memakai kendaraan umum, terutama bus (dan kereta MRT).

Di Singapura, kami memang tergolong keluarga "pas-pasan" yang tak mampu membeli kendaraan pribadi. Membeli mobil jelas kami tidak mampu, mengingat harganya yang begitu gila. Membeli motor mungkin bisa terjangkau, namun, buat apa merepotkan diri dengan kendaraan pribadi, jika kendaraan umum nyaman, serta selalu ada setiap waktu, bahkan ketika kami melangkah keluar tempat tinggal kami.

Tapi, hobi memakai kendaraan umum tidak hanya kami lakukan di Singapura. Saat menetap di Batam, saya tak jarang memilih meninggalkan kendaraan pribadi di satu tempat, untuk menumpang kendaraan umum. Bahkan ketika sama keluarga, menumpang busway atau metrotrans ke Batuaji atau Sekupang, seperti sebuah rekreasi yang mengasikkan bagi kami. Ketika pulang ke Malang juga kami tak lupa tetap "bernostalgia" menumpang mikrolet/metrotrans, atau sekedar jalan-jalan naik kereta api. Seperti umumnya kebiasaan yang susah ditinggalkan, sejak kecil hingga kerja memang saya selalu menumpang kendaraan umum. Karena ketidakmampuan keluarga membeli kendaraan pribadi.

Tapi, di balik itu, saya justru merasa bersyukur. Gusti Allah justru memberi begitu banyak peluang untuk berbuat baik ketika menumpang kendaraan umum. Ketika jumpa lansia, anak-anak, atau wanita hamil, saya harus "merelakan kenyamanan" duduk untuk mereka. Atau jika sekedar ada sampah, bisa saya pungut untuk dibuang ke tempatnya. Saya juga bisa ngobrol dengan banyak orang yang baru pertama ketemu, memperhatikan bahasa tubuh banyak orang, belajar banyak hal, bahkan menumpang kenderaan umum kerap bisa memunculkan banyak ide untuk sekedar membuat tulisan. Ide tulisan inipun muncul saat sore tadi saya sama Zak keliling kota naik bus berdua.

Kendaraan umum, bahkan sudah seperti "sekolah" bagi kedua anak saya. Di situ saya mampu mengajari mereka bersikap baik dengan orang lain, berbagi, menolong sesama, atau sekedar berterimakasih kepada pak sopir yang dengan susah payah mengantar kami dengan selamat.

Begitu banyak momen serta kesempatan belajar dan menularkan kebaikan untuk anak-anak kita, tak akan Anda dapatkan jika Anda tak mampu meninggalkan "kenyamanan" memakai kendaraan pribadi. Ayolah, jika Anda mencinta anak-anak Anda, peduli dengan perkembangan baik mereka, sering-sering ajaklah mereka berdesak-desakan naik kendaraan umum! Jangan terus terusan manjakan mereka dengan empuknya jok mobil kreditan. Atau menghabiskan waktu yang begitu berharga, dalam jebakan kemacetan. Itu jika Anda benar-benar mencintai dan peduli dengan generasi masyarakat berikutnya.

Oh ya, saya hampir lupa, saya pernah membaca, sebuah masyarakat dikatakan BERADAB, jika transportasi umumnya nyaman, aman, dan baik. Sebaliknya, Anda pasti tak ingin disebut biadab bukan??!?!

Source: Mas Sultan Yohana

Postingan terkait:

Belum ada tanggapan untuk ""Bersekolah" di Kendaraan Umum : Itu Jika Anda mencinta Generasi Berikutnya"

Post a Comment