Kemarin saya menghantar teman ke sebuah rumah sakit umum
yang ada di kota. Berhubung kami tinggal di desa maka perjalanan dimulai sejak
pagi hari banget karena kami tidak ingin mendapati nomor antrian panjang maklum
rumah sakit terbesar di kabupaten.
Setelah sampai saya merapatkan motor ke lahan yang telah
tersedia. Sambil memarkirkan kendaraaan saya bergumam karena membaca tulisan di
loket parkir “Helm Silakan dibawa ke dalam kami tidak bertanggung jawab atas
kehilangan”, pantas saja helm disuruh dibawa lahan parkirnya saja terbuka dan
tidak ada kamera CCTV padahal rumah sakit Umum terbesar se-Kabupaten.
Alhamdulillah nomer antrian sudah berada di tangan dan
sekarang kami mengambil tempat duduk yang kosong. Jam saat itu masih
menunjukkan 07.10 dan belum ada tanda tanda petugas yang ada kami hanya
mendapati petugas CS(Clening Service) sedang sibut merapikan loket pendaftaran
dengan membawa gerobak ember besar dan kain pelnya yang lebar.
Posisi duduk sudah tidak nyaman karena sejak pagi sebelum
berangkat belum sempat ke WC yang ada malah bangun tidur saya minum. Kantung
kemih membuncah berasa kecit kecit perih pingin keluar. Saya kemudian bertanya kepada rekan saya
“Mas, Wc dimana ya?. Nggak tahan nih belum sempat ke belakang tadi”. Kemudian
kami memutuskan untuk mencari lokasi target operasi, waduh sempat dibuat
bingung sampai keluar Rumah Sakit. Akhirnya jurus andalan terpaksa dikeluarkan
“Takon”. Maaf ibu mau tanya WC mana ya? Di belakang ruang klinik anak ini loh
mas. Oh...Makasih bu. Haduh cari WC kayak cari kerja aja susahnya sampai dua
bulan.
Sayang, kembali saya dibuat KAGUM dengan fasilitas yang ada.
Ketika hendak mencuci tangan saya tidak mendapati sabun bahkan keran cuci
tangan saja rusak, padahal sebelum pintu keluar tertulis “ Budayakan Mencuci Tangan
dengan Sabun Setelah keluar dari WC “. Fakta: inilah wajah Indonesia!
Maaf kepanjangan, singkat cerita saja ya!
Jadi saat kami sedang menunggu dokternya beraksi (bertugas)
kami harus menunggu alhamdulillah hanya dua jam saja sampai saya mendapati cerita
ini.
Saya mendapati seorang Ibu dengan anaknya mengarah ruang
yang kami tunggu yaitu klinik bedah, yang menjadi sasaran tembak saya adalah
anak yang bersama ibu itu berumur sekitar 6tahunan dengan wajah penuh goresan
luka hasil mencium aspal atau tanah dipekarangan rumahnya kali ya dan lengan
tangan kirinya diperban.
Sambil menyalami temannya yang dibelakang ibu itu
berceloteh perihal nasib yang menimpa putranya. “ Jatuh dari sepeda “. Tidak
hanya itu saja, saya mendapati seorang anak muda belia SMP putra dan putri
dengan salah satu lenganya di Gips. Ternyata korban dari Udin Go – BMX mulai
berjatuhan, jadi buat orang tua yang memiliki anak silakan diawasi putra putri
dalam berkendara.
=Sekilas Info=
Gerakan dalam sinetron Go-BMX dilakukan oleh Profesional dan
terlatih. Jadi buat anak kecil jangan coba coba kalau tanpa didampingi orang
dewasa atau orang tua karena bisa berakibat fatal bahkan MATI. Bahaya kan?
Ini saat Mas Imam Rider BMX Purbalingga Gagal dalam melewati beton dan Alhamdulillah tidak terjadi apa apa.
Salam Ride to Safety!
Belum ada tanggapan untuk "Korban Udin GO-BMX Mulai Berjatuhan"
Post a Comment