UP-TO-DATE ARTIKELNYA

Cuap - Cuap Om Sultan Yohana

Komunis?

Ah, Lebih Keren jadi tuhan: Lek wes enek suoro tanpo rupo, iku tanda-tandane jaman edan wes tekan".
Komunis/me, di era modern kini, bukan seperti komunis yang kebanyakan orang Indonesia bayangkan. Yang masih terpengaruh di era romantisme film G30S/PKI, dan hanya mendasari kebencian karena ketidak percayaan komunis pada Gusti Allah, serta tragedi berdarah yang kebenarannya masih terus diperdebatkan!

Gusti Allah?
Saya berpikir, KINI, seorang atheis jauh lebih tidak berbahaya ketimbang pejabat korupsi, yang berpikir uang korupsinya bisa "MENYOGOK" Gusti Allah, dengan membangunkan-NYA masjid-masjid indah dari hasil korupsi, berhaji dari hasil menilep duit orang melarat, atau beramal justru dari mengakali hak fakir-miskin. Seorang atheis hanya MENZALIMI diri mereka sendiri, sementara koruptor telah bertanggungjawab untuk menjadikan jutaan orang Indonesia, berada pada posisi paling mudah untuk diadu-domba: pada posisi BODOH yang selalu berpikir dan terus berpikir soal nostalgia komunis semasa Perang Dingin bergejolak! Film-film propoganda Amerika tentang komunisme, sama hebatnya dengan film G30S/PKI, untuk terus memelihara kebencian terhadap komunisme.

Sementara Gusti Allah Maha Pengampun, lalu kenapa kita masih terus memelihara benci? Menanamnya hingga ke tulang sumsum kita, hingga tak bisa lagi melihat secara fair, sebuah PERBEDAAN.
Saya sangat sulit untuk setuju dengan pandangan faham komunisme (jangan samakan komunisme dengan ex Partai Komunis Indonesia), terutama soal ide persamaan kelas, dan status sama rata sama rasa mereka. Karena memang pada hakikatnya, setiap manusia itu berbeda. Sepupu saya, MISALNYA, lahir dari keluarga kaya raya, sementara saya tidak. Tetangga saya yang punya sembilan anak, dan hidup melarat sangat namun bahagia, sementara suami-istri sahabat kami yang punya perusahaan perkebunan di Jambi dan istrinya notaris, sampai sepuh tidak juga dikarunia anak. Kawan saya yang guru SD di Singapura, dan sama-sama sarjana, bisa digaji hingga Rp50 juta per bulan; sementara karib saya yang guru SMP dan juga sarjana di Malang, Jawa Timur, malah sebagian gajinya kadang dibayar pakai pohong/singkong.

Ide utama komunisme - yang didasari ketidasetujuan pada pembagian kelas yang dilontarkan Karl Marx - berupa persamaan kelas antar-manusia, persamaan nasib, jelas menyalahi Sunatullah. Hukum Gusti Allah. Karena dari PERBEDAAN lah, yang kaya bisa membantu yang miskin, yang punya banyak perusahaan bisa mempekerjakan yang miskin. Yang berpendidikan bisa memberi pencarahan yang putus sekolah. Ada peluang saling membantu, saling melengkapi, saling mengisi dalam SETIAP PERBEDAAN, untuk menuntun kita pada satu peluang: menjadi manusia paling manusia. Bukan berusaha menjadi malaikat, alih-alih menjadi iblis!

Sialnya, seperti kebencian pada komunis, jaman sekarang, yang dirasa BERBEDA justru dikafir-kafirkan!
Jaman sudah jungkir balik. Ketika komunisme begitu ditakuti karena dianggap tidak mempercayai Gusti Allah, orang-orang justru berbondong-bondong menjadi "tuhan-tuhan" kecil itu sendiri. Menyembah kapitalisme (lawan utama komunisme) hingga ke tingkat keserakahan yang tidak bisa dipercaya.

Hutan yang dibakar, pembunuhan yang merajalela, kesenjangan sosial yang begitu besarnya; adalah bukti: bahwa tidak percaya pada Gusti Allah itu adalah pandangan ndeso, terlalu sederhana, terlalu ketinggalan jaman. Yang KEREN dan uptudate itu justru menjadi "tuhan" itu sendiri!

Menemukan orang yang benar-benar berpaham komunis, mungkin kini susah. Tapi ada begitu banyak "tuhan-tuhan" kecil di sekeliling kita, dan SIALNYA, kita lebih mau menjadi sekutunya, bahkan menjadi "tuhan" itu sendiri!

Jaman memang sudah sangat edan. Saya ingat pesan nenek saya belasan tahun silam, "Le, mengko lek wes enek suoro tanpo rupo (media massa mendominasi dengan berita kebohongan), iku tanda-tandane jaman edan wes tekan".

:Foto Karl Marx saya pinjam dari Wikipedia!

Postingan terkait:

Belum ada tanggapan untuk "Cuap - Cuap Om Sultan Yohana"

Post a Comment